Mendidik Adil Sejak Dari Pikiran


 

“Yā ayyuhallażīna āmanụ kụnụ qawwāmīna lillāhi syuhadā`a bil-qisṭi wa lā yajrimannakum syana`ānu qaumin 'alā allā ta'dilụ, i'dilụ, huwa aqrabu lit-taqwā wattaqullāh, innallāha khabīrum bimā ta'malụn.”

("Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap suatu kaum, membuatmu berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.")

Q.S. Al-Maidah ayat 8

 

Kemarin, 2 Mei 2024, kita memperingati Hari Pendidikan Nasional. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemdikbusristek) mengusung tema: “Bersama Bergerak Lanjutkan Merdeka Belajar.” Tetapi, perayaannya hari ini.

Merdeka Belajar adalah jargon yang diusung Kemdikbudristek di bawah Menteri Nadiem Makarim, atau yang akrab disapa Mas Menteri. Kebijakan Medeka Belajar sebagai upaya untuk mentransformasi pendidikan demi terwujudnya Sumber Daya Manusia (SDM) Unggul Indonesia yang memiliki Profil Pelajar Pancasila. Dalam Merdeka Belajar, pengetahuan dan keterampilan menjadi fokus perhatiannya.

Mencermati kasus beberapa mahasiswa sebuah perguruan tinggi yang diduga menyalahgunakan Kartu Indonesia Pintar (KIP) Kuliah. Menjadi menarik karena pastinya seorang mahasiswa telah melewati jenjang pendidikan dasar dan menengah sebelumnya. Terlepas dari tindak lanjut yang sedang dilakukan pihak berwenang. Mengambil apa yang bukan menjadi haknya tentu bukan cerminan Pelajar Pancasila.

Pengetahuan dan keterampilan adalah aspek yang sangat penting. Namun harus dipastikan juga pendidikan mampu menciptakan nilai atau value creating education (Ikeda, 1994). Ditegaskan oleh Makiguchi (Suriamihardja, 2010) pendidikan tidak lagi sebatas learning as a preparation for living, tetapi mampu melahirkan enable people to learn in the process of living.

Proses kehidupan seperti apa yang dibutuhkan oleh dunia saat ini? Terdapat 5 isu utama yang menjadi tantangan saat ini, yaitu: (1) kemajuan teknologi; (2) demografi dan perubahan sosial; (3) urbanisasi yang semakin cepat; (4) perubahan iklim dan kelangkaan sumber daya; serta (4) pertumbuhan yang cepat di beberapa negara berkembang. Menyikapi tantangan tersebut, pendidikan dituntut untuk bisa menawarkan cara yang dapat menghindari persaingan yang saling memusnahkan.

Dalam menanggulangi persaingan yang saling memusnahkan, keadilan bisa dijadikan konteks dalam pembangunan 6 dimensi Profil Pelajar Pancasila. Seperti yang disampaikan Pramoedya Ananta Toer, “seorang terpelajar harus juga belajar berlaku adil sudah sejak dalam pikiran, apalaagi perbuatan.” Keadilan menjadi kompas alam wirama (dunia pengendalian) dalam proses mengharmonisasi alam wiraga (dunia tindakan).

Kutipan Q.S. Al-Maidah ayat 8 pada awal tulisan ini menunjukan bagaimana keadilan bisa menjadi konteks dimensi pertama Profil Pelajar Pancasila. Adil adalah manifestasi dari keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta ahlak mulia. Pelajar Pancasila tersebut akan berusaha membangun harmoni dan menghindari diskriminasi atau intoleransi.

Mandiri, sebagai dimensi kedua Profil Pelajar Pancasila, dengan konteks keadilan adalah jaminan adanya kesempatan yang setara. Pelajar mandiri secara adil tidak akan hanya mendorong pemberdayaan diri sendiri saja. Ia akan berjuang menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan dan kesempatan yang sama bagi semua.

Bernalar kritis sudah menjadi keterampilan esensial bagi seseorang saat ini. Seseorang dengan nalar kritis yang berkeadilan akan mampu mengidentifikasi ketimpangan dan ketidakwajaran, baik yang sudah terjadi maupun potensinya. Itulah dimensi ketiga Profil Pelajat Pancasila.

Kreatif menjadi dimensi keempat Profil Pelajar Pancasila. Pelajar ini akan selalu mencari cara-cara baru dalam mempromosikan keadilan dan kesetaraan. Mengembangkan imajinasi dan keterampilannya secara berkelanjutan dan inklusif.

Pelajar Pancasila bukan seorang pahlawan super yang menegakan keadilan seorang diri. Mereka adalah sekelompok pelajar yang melibatkan diri secara aktif dan kolaboratif untuk menciptakan perubahan positif dalam masyarakat. Mereka dapat membangun tatanan untuk bisa membagikan sumber daya secara merata. Merekalah yang mengaktualisasikan dimensi Profil Pelajar Pancasila kelima. Gotong royong yang berkeadilan.

Dimensi keenam Profil Pelajar Pancasila, kebinekaan global. Kebinekaan tanpa keadilan akan rentan terhadap konflik, apalagi dalam ruang lingkup global. Kemiskinan sebagai indikator masih belum terciptanya keadilan. Keadilan sebagai syarat kunci terciptanya kerjasama lintas batas dan saling pengertian antarbudaya. Keadalian inti dari perwujudan kebinekaan global.

Membentuk SDM yang unggul secara pengetahuan dan keterampilan saja tidak bisa jadi penawar bagi persaingan yang saling memusnahkan. Yang dibutuhkan manusia-manusia yang memiliki kesadaran dan kepekaan sosial. Manusia yang tidak ditempatkan sebagai sumber daya semata. Dengan demikian, memberikan konteks keadilan pada 6 dimensi Profil Pelajar Pancasila menjadi relevan.

 

Aris Munandar, founder Rumah Matahari Pagi.

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.